Beras Oplosan Kembali Marak di Pasar Tradisional dan Modern
Walhisleman – Di tengah kenaikan harga bahan pokok, isu beras oplosan menghantui pasar menjadi perhatian serius masyarakat dan pemerintah. Beras yang seharusnya menjadi kebutuhan pokok utama justru dimanipulasi oknum tak bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.
Dalam investigasi terbaru yang dilakukan oleh beberapa dinas perdagangan daerah, ditemukan praktik pencampuran beras premium dan medium dengan beras kualitas rendah, bahkan dalam beberapa kasus ditemukan beras sintetis impor yang sudah tidak layak konsumsi.

Sebagai jurnalis dan influencer berita yang aktif meliput isu sosial-ekonomi, saya merasa perlu mengangkat persoalan ini secara lebih luas. Karena jika tidak diwaspadai, praktik berbahaya ini bukan hanya merugikan dompet rakyat, tapi juga bisa berdampak pada kesehatan dan ketahanan pangan nasional.
Modus-Modus Oplosan Beras yang Perlu Diwaspadai
Campuran Beras Medium dan Rendah
Modus yang paling sering terjadi adalah pencampuran beras kualitas medium (SPHP) dengan beras jenis rendah atau broken rice. Beras hasil oplosan ini kemudian dikemas ulang dan dijual sebagai “beras premium” dengan harga tinggi.
Biasanya, tanda-tanda beras oplosan jenis ini adalah:
- Warna butiran tidak seragam
- Ada bau apek atau menyengat
- Saat dimasak, nasi cepat basi
- Tekstur nasi terlalu lembek atau keras tak wajar
Beras Plastik dan Impor Ilegal
Kasus ekstrem yang sempat viral pada 2015 kini kembali mencuat di beberapa wilayah. Ditemukan beras berbahan polimer sintetis atau plastik tipis yang dioplos dengan beras biasa untuk menekan biaya produksi.
Jenis ini sangat sulit dikenali secara kasat mata, dan hanya bisa terdeteksi melalui:
- Tes pembakaran (beras meleleh seperti plastik)
- Butiran mengapung saat direndam
- Tekstur nasi seperti karet setelah dimasak
Investigasi Dinas Perdagangan: Ada Indikasi Sindikat Besar
Temuan di Pasar Cipinang dan Bandung
Tim pengawasan dari Dinas Perdagangan DKI Jakarta menemukan indikasi kuat peredaran beras oplosan di Pasar Induk Beras Cipinang. Dari hasil uji laboratorium, beberapa sampel beras kemasan premium ternyata mengandung kadar patahan yang tinggi dan kadar air tidak sesuai standar.
Hal serupa terjadi di Bandung, di mana petugas mendapati gudang penyimpanan yang menyamarkan beras medium menjadi premium hanya dengan poles air dan pewarna beras.
“Kami menduga ada jaringan besar yang terlibat. Mereka memanipulasi beras subsidi dan menjual kembali ke pasar bebas,” ungkap Kepala Dinas Perdagangan Kota Bandung.
Dampak Langsung ke Masyarakat dan Petani

Konsumen Dirugikan
Praktik beras oplosan ini menyebabkan masyarakat membeli produk dengan harga tidak sesuai kualitas. Banyak konsumen mengeluhkan bahwa nasi cepat basi, menimbulkan alergi, hingga keracunan ringan akibat konsumsi beras yang tidak higienis.
Bahkan, beberapa ibu rumah tangga mengaku anak-anaknya mengalami gangguan pencernaan setelah mengonsumsi nasi dari beras bermasalah.
Petani Jujur Tersingkir
Petani yang menjual beras asli berkualitas justru kalah saing karena harga mereka tak bisa bersaing dengan beras oplosan murah meriah. Ini memperburuk rantai distribusi dan menekan petani kecil yang seharusnya menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional.
Respon Pemerintah: Sidak, Labelisasi, dan Edukasi
Operasi Pasar dan Uji Sampel Masif
Pemerintah melalui Kemendag dan Satgas Pangan Polri mulai melakukan sidak masif ke pasar tradisional dan distributor. Setiap produk beras dalam kemasan diminta menyertakan label SNI, asal produksi, dan izin edar resmi.
Produk-produk yang tidak memenuhi syarat akan ditarik dan diamankan. Proses penyelidikan juga melibatkan laboratorium pangan BPOM.
Edukasi Publik dan Digitalisasi Distribusi
Pemerintah juga menggencarkan kampanye “Cek Kualitas Berasmu” melalui media sosial dan kanal YouTube resmi. Masyarakat diajak aktif mengidentifikasi tanda-tanda beras bermasalah.
Rencana besar lainnya adalah peluncuran QR Code Beras di mana setiap kemasan beras di masa depan akan dilengkapi barcode yang bisa discan untuk melihat:
- Asal produksi
- Tanggal panen
- Distributor resmi
- Sertifikasi SNI
Peran Konsumen: Jangan Tergiur Harga Miring

Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan Warga
Sebagai konsumen, ada beberapa langkah preventif yang bisa dilakukan untuk menghindari menjadi korban beras oplosan:
- Beli dari sumber terpercaya, seperti toko sembako resmi, koperasi, atau retail besar yang terverifikasi.
- Periksa kemasan, apakah ada logo SNI, izin edar, dan nama produsen yang jelas.
- Lakukan tes sederhana di rumah, seperti merendam segenggam beras dalam air bening—jika mengapung atau mengeluarkan warna, patut dicurigai.
- Jangan tergiur harga murah jauh di bawah pasaran—karena bisa jadi itu beras oplosan.
Apakah Aman Membeli Beras Curah?
Masih Ada yang Jujur, Tapi Harus Cermat
Beras curah bukan berarti selalu buruk. Banyak petani dan penjual beras curah yang jujur dan menjual kualitas bagus. Namun, konsumen perlu cermat:
- Tanyakan asal beras
- Lihat kondisi butiran (warna, aroma, tekstur)
- Hindari beras curah yang dicampur air agar terlihat mengkilap
Lawan Bersama Praktik Beras Oplosan
Masalah beras oplosan menghantui pasar adalah persoalan serius yang menyentuh langsung kebutuhan dasar rakyat Indonesia. Di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil, masyarakat harus mendapat jaminan pangan yang aman dan layak.
Pemerintah perlu terus bertindak tegas, namun peran masyarakat juga sangat penting dalam mengedukasi dan melaporkan oknum-oknum pelaku oplosan.
Sebagai jurnalis dan pemerhati isu sosial, saya mengajak semua pembaca untuk lebih teliti, lebih kritis, dan lebih peduli terhadap apa yang kita konsumsi. Karena keamanan pangan bukan sekadar urusan dapur, tapi juga urusan martabat bangsa.